Seringkali dibuang demi memenuhi ego nafsumu. Padahal ditanam dan dituai dengan peluh, tapi hanya berakhir di tempat yang kumuh. Tragis dan miris. Ibarat kata “habis manis sepah dibuang,” itulah Aku, yang hanya kau puja ketika perut keroncongan. Persetan alasanmu menghinaku, aku adalah Sang Nyawa.
Akulah makanan, asupan vital yang mengalir dalam darahmu. Akulah makanan, melekat erat dengan ragamu. Pun aku punya martabat. Karena tanpaku, kamu bisa apa?
Dara Anggarani S