Seluk Beluk Mengenai Wildlife Photography Hingga Etika yang Harus Dipatuhi

  • 6 mins read

Seluk Beluk Mengenai Wildlife Photography Hingga Etika yang Harus Dipatuhi

Wildlife photography telah hadir di dunia sejak awal abad 19 ketika peralatan fotografi bahkan belum secanggih sekarang. Dilansir dari National Geographic, seorang fotografer bernama George Shiras merupakan fotografer yang dianggap sebagai bapak wildlife photography. Shiras mulai memotret pada tahun 1889 dan dia menjadi orang pertama yang menggunakan trap camera dan flash untuk memotret satwa liar.

George Shiras dan Asistennya John Hammer menaiki kano yang dilengkapi lampu jacklighting untuk melakukan pemotretan wildlife photography, di Danau Whitefish, wilayah Danau Superior, Michigan (1893).
Foto: nationalgeographic.com

George Shiras lahir pada tahun 1859 di Allegheny, Pennsylvania. Shiras dulunya bekerja sebagai pengacara dan politisi ketika ia mulai mengabadikan kehidupan satwa liar melalui fotografi. Setelahnya, Shiras mendedikasikan hidupnya untuk memotret satwa liar di Michigan dan wilayah di sekitar Lake Superior. Kemudian, Shiras menjadi pelindung satwa liar dan memprakarsai pembuatan beberapa taman nasional dan tempat perlindungan.

Pada tahun 1906, National Geographic mempublikasikan 74 karya fotografi milik George Shiras dan pada tahun 1928, Shiras menyumbangkan 2.400 pelat kaca negatifnya kepada masyarakat sekitar. Berikut ini adalah beberapa karya wildlife photography milik George Shiras yang masih disimpan di dalam arsip National Geographic hingga kini.

Lynx di tepi Danau Loon, dekat Danau Wanapitei, Ontario, Kanada, Juli (1902).
Foto: George Shiras/ nationalgeographic.com
Landak albino di atas kayu terapung, Danau Whitefish, kawasan Danau Superior, Michigan, 1 Juli (1905).
Foto: George Shiras/ nationalgeographic.com
Rusa besar dalam kabut, Minnesota (1909).
Foto: George Shiras/ nationalgeographic.com

Wildlife photography dapat dimaknai sebagai kegiatan mendokumentasikan segala macam bentuk kehidupan satwa liar di habitat aslinya. Wildlife photography atau fotografi satwa liar berbeda dengan fotografi satwa. Dilansir dari Kumparan.com, fotografi satwa dapat dilakukan di luar habitat asli satwa tersebut, sedangkan fotografi satwa liar harus dilakukan terhadap objek yang berada di habitat aslinya. Perbedaan lainnya ialah wildlife photography tidak seperti fotografi satwa yang hanya mengutamakan estetika. Namun, ada sejumlah etika yang harus dipatuhi fotografer dalam melakukan wildlife photography di habitat satwa liar. 

Menurut seorang fotografer Avifauna Radiktya Akasah Kardi, fotografi satwa liar memiliki tiga kepentingan, yaitu konservasi, pengenalan, serta investasi. Wildlife photography diharapkan dapat membantu upaya perlindungan, pemantauan, serta pelestarian terhadap satwa liar.

Satwa-satwa yang dulunya tidak kita ketahui bahkan sekarang sudah banyak muncul di media sosial. Hal tersebut tentu saja mempermudah akses masyarakat luas dalam mengenal dan mempelajari berbagai macam flora hingga fauna liar yang hidup di alam agar masyarakat juga dapat turut serta melestarikannya. Sedangkan, investasi yang dimaksud ialah investasi data-data ilmiah yang dapat membantu dalam dunia penelitian. 

Apa yang Harus Dipersiapkan Fotografer Sebelum Memotret Wildlife Photography?

Ilustrasi wildlife photographer yang sedang melakukan kamuflase untuk memotret.
Foto : diyphotography.net

Jika mendengar wildlife photography pasti terbayang betapa sulitnya melakukan pemotretan untuk objek hidup yang aktif bergerak di habitatnya dengan kondisi yang beragam. Kesabaran dan fokus tingkat tinggi  diperlukan dalam memotret wildlife photography untuk bisa menemukan dan memotret objek di habitat aslinya. Kesulitan-kesulitan itu tentu saja dapat diatasi dengan persiapan oleh fotografer secara optimal sebelum turun ke lapangan untuk memotret wildlife photography.

Hal pertama yang harus dilakukan fotografer adalah mengenali peralatan yang digunakan dan objek yang akan dipotret. Memotret wildlife photography akan menghadapkan kita dengan objek satwa liar yang selalu bergerak aktif. Maka dari itu, fotografer harus memahami alat yang akan digunakan seperti jenis kamera yang digunakan, peralatan tambahan yang diperlukan, hingga bagaimana pengaturan kamera yang diperlukan dalam memotret wildlife photography agar mendapatkan hasil yang optimal

Ada empat hal utama dalam fotografi satwa liar yang harus disiapkan sebelum berburu foto menurut Radiktya. Yang pertama adalah mengenali alat yang digunakan dan objek yang akan difoto karena dalam wildlife photography, objek seperti satwa liar cenderung selalu bergerak aktif, sehingga mengenali alat yang akan digunakan merupakan hal pertama yang harus dilakukan.

Kedua, fotografer harus mempersiapkan perencanaan yang matang. Fotografer harus membuat jadwal, list target, dan menyesuaikan waktu pelaksanaan hunting wildlife photography dengan aktivitas objek yang akan difoto. Misalnya, jika kamu ingin memotret momen satwa liar yang bermigrasi, jangan sampai datang di waktu ketika satwa-satwa tersebut tidak sedang dalam masa bermigrasi.

Ketiga, ketika memotret objek di habitatnya yang berada di tempat yang ekstrim, maka fotografer harus bisa beradaptasi dengan situasi dan kondisi. Terakhir, sangat penting bagi fotografer untuk membekali diri dengan pengetahuan mengenai objek, lokasi, hingga habitat yang akan didatangi sebelum terjun ke lapangan. Akan sangat membantu jika fotografer telah memahami karakteristik satwa yang menjadi objeknya. Sebab, berbeda jenis satwa, maka berbeda pula pengaturan yang dibutuhkan pada alat yang digunakan.

Etika dalam Memotret Wildlife Photography

Ketika seekor anak singa mendekati fotografer satwa liar yang sedang memotret di habitatnya.
Foto: @djamel_hadj_aissa_photography/ Instagram

Wildlife photography tidak hanya mementingkan estetika semata. Menurut Radiktya, ada beberapa etika yang wajib dipatuhi oleh fotografer jika ingin memotret wildlife photography di habitat para satwa. Namun, sayangnya etika-etika tersebut masih kerap dilanggar dan diabaikan oleh fotografer.

Etika pertama yang harus dipatuhi ialah fotografer wajib menjaga jarak dengan satwa liar dalam melakukan pemotretan. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kenyamanan terhadap satwa liar yang menjadi objek agar tidak merasa terganggu dengan kehadiran manusia di habitatnya. Seperti tujuan awalnya, wildlife photography dilakukan untuk mengetahui bagaimana kehidupan satwa-satwa tersebut di habitatnya yang sebenarnya.

Ketika ingin mendekat pada objek untuk melakukan pemotretan, fotografer harus sangat berhati-hati dalam bertindak agar tidak mengusik satwa liar. Fotografer harus memperhatikan apakah objek sudah merasa terganggu atau belum. Apabila objek sudah menunjukkan gerak-gerik kalau mereka  merasa terganggu, maka fotografer harus menjauh kembali untuk memberikan kenyamanan bagi satwa yang menjadi objek.

Etika berikutnya adalah dilarang merusak habitat. Etika ini wajib dipatuhi oleh fotografer dan tidak boleh dilanggar dengan alasan apapun. Penggunaan peralatan tambahan seperti flash untuk membantu pencahayaan atau bunyi-bunyian untuk mengundang objek juga harus diperhatikan, tidak boleh berlebihan agar tidak mengganggu kenyamanan satwa. 

Etika lain yang harus ditaati ialah dilarang mengganggu satwa yang sedang berbiak ataupun berada terlalu dekat dengan sarang. Memberi makan juga tidak diperbolehkan, sebab hal itu bisa menimbulkan perubahan perilaku pada satwa liar. 

Bahkan, jika ada satwa liar yang secara tiba-tiba mendekatimu, fotografer dilarang keras untuk menyentuh satwa tersebut. Pada dasarnya, segala macam kegiatan yang dapat mengganggu aktivitas satwa liar tidak disarankan karena hal tersebut tidak baik bagi kelangsungan hidup satwa liar maupun manusia. Satwa liar tidak dapat diprediksi dan rawan bertingkah agresif sebagai insting untuk melindungi diri apabila mereka merasa terganggu atau terancam dengan kehadiran manusia. Oleh sebab itu, fotografer harus sangat berhati-hati dalam memperlakukan satwa liar di habitatnya 

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jangan menyebarluaskan informasi detail terkait lokasi keberadaan satwa liar di tempat umum, seperti di media sosial. Penyebarluasan informasi seperti itu bisa mengganggu kenyamanan bahkan mengancam keselamatan satwa akibat aktivitas perburuan liar. Radiktya menegaskan jika perburuan satwa liar dapat mempercepat kepunahan. Sedangkan, memelihara satwa hanya akan mempercepat satwa itu mati, dan memberi makan pada satwa liar hanya akan membunuh satwa itu. Maka dari itu, sangat penting bagi fotografer yang akan memotret wildlife photography untuk mematuhi semua etika dan menjaga kenyamanan satwa liar di habitatnya.

Penulis : Syarah Adelia Nakano

Editor : Defia Okarisma

Share
Tweet
Pin

Discover More