Jejak Onthel di Kota Jogja

  • 2 mins read

Jejak Onthel di Kota Jogja

Keberadaan sepeda onthel di tanah air sudah ada sejak tahun 1940 padamasa Hindia-Belanda. Masyarakat Jawa menyebut sepeda onthel mengalami”wolak waliking jaman” sebab eksistensinya telah melalui pasang surut. Pasalnya,keberadaan sepeda ini kembali eksis setelah melalui kemunculan berbagai jenissepeda dan adanya kendaraan bermesin sebagai transportasi baru.

Sepeda onthel saat ini digemari oleh banyak orang karena bentuknya yang unik. Hal tersebut menjadikan sepeda onthel tetap bertahan di tengah perkembangan teknologi saat ini. Di Yogyakarta sendiri terdapat berbagai metode dalam melestarikannya. Di antaranya adalah kemunculan komunitas yang menjadi wadah bagi para onthelis seperti Komoenitas Onthelis Djadoel Jogjakarta (KODJA) yang kerap bersepeda bersama menggunakan seragam “jadul” untuk memperingati hari besar seperti Hari Kelahiran Pancasila. Pendiri dari komunitas tersebut, Bapak Oyok Rusdyantoro, merupakan salah satu kolektor sepeda onthel yang memiliki beberapa jenis sepeda unik seperti pos falter dan roda tiga.

Sepeda onthel biasa diperjualbelikan baik secara pribadi maupun umum dengan adanya toko yang menjualnya. Salah satunya adalah toko sepeda onthel Pak Penceng yang dapat dijumpai di Pasar Barongan. Selain sepeda, toko tersebut juga menjual onderdil dari sepeda onthel.

Keberlangsungan sepeda onthel di Jogja tidak lepas dari campur tangan bengkel yang dikhususkan untuk sepeda onthel. Bengkel sepeda onthel yang telah lama berdiri sejak tahun 1970-an adalah Bengkel Resmi Pojok milik Mbah Ngatijo yang dapat ditemui di Jalan Wates. Berbagai metode tersebut menjadi “nyawa” dari sepeda onthel yang kehadirannya terus ada di tengah masyarakat Jogja.

Sepeda onthel merupakan salah satu warisan nenek moyang yang harus terus dijaga. Dalam pelestariannya di Yogyakarta, terdapat berbagai metode seperti munculnya komunitas onthel, adanya kolektor, bengkel, dan juga pasar yang menjual sepeda onthel. Hal tersebut menjadikan sepeda ini terus abadi dan tak terlupa selaras dengan tema besar pameran diksar, yakni “Amerta”.

Kisya Talitha Adristi

Share
Tweet
Pin

Discover More