Senja yang Tak Jingga

  • 2 mins read

Senja yang Tak Jingga

“Ketika senja tak lagi berbicara tentang angka atau bentuk. Tetapi tentang kisah, perjuangan, dan kecantikan yang tak tergoyahkan. Ketiganya adalah senja yang tak jingga.”

Dalam senja yang tak jingga, cerita terhampar. Tiga perjalanan hidup, berkilau dalam cahaya yang terang. Merasa ragu, cemas, dan tidak percaya diri “tidak cantik lagi” masing-masing pernah ia pikirkan. Tapi lihatlah, keindahan sejati yang tak terhentikan di mata kita.

Di pasar dengan kerumunan orang-orang yang sibuk dengan dirinya sendiri. Beban hidup di pundaknya, ia berjalan dengan semangat, tak pernah lelah berjuang. Wajahnya mungkin keriput, tapi matanya bersinar. Kecantikan sejati ada dalam keberanian yang mereka tunjukkan.

Di rumah dengan segelas teh. Merenung dalam ketenangan, ia memetik buah dari perjalanan panjang yang dijalani. Usia tak lagi muda, tapi ada keindahan dalam perasaan tentram. Kecantikan tak terbatas dalam kedamaian yang mereka pelihara sejak muda.

Di tempat suci, melayani Tuhan dengan setia. Doa-doa yang ia lantunkan seperti melodi yang mengalir dalam kesunyian, ia mungkin tak muda lagi, tapi dalam kerendahan hati. Kecantikan rohani tak pernah pudar, tak pernah mati.

Dan di pameran ini, kita berdiri di hadapan mereka. Ketiganya adalah senja yang tak jingga, cahaya yang tak kunjung padam. Mengajarkan kita tentang keindahan tak terkalahkan oleh waktu. Ketiganya membuktikan bahwa usia adalah cerita kebijaksanaan, bukan kehilangan.

“Jadi, saat kita melihat cermin. Ingatlah, kita semua adalah senja yang tak jingga, cerita kehidupan yang tak terhingga”.

Kita mungkin merasa ragu, cemas, dan tidak percaya diri terhadap masa tua, takut difoto. Tapi di sini, kita sambut kisahmu dengan tangan terbuka, Kita rayakan kebijaksanaan dan kecantikanmu yang tak terbatas, Senja yang tak jingga, dalam setiap foto yang kita abadikan.

Perjuangan, arti hidup, dan keusangan tertumpah dalam nuansa warna coklat hangat. Kecantikan rohani kekal tak pudar serta kesucian yang turut hadir dalam warna hijau. Rumah tentram melambai, merenung di pelukan teh, dan perjalanan panjang yang tiada henti terpancar dalam warna biru.

Salsabila Dwi Tiara Ramadhani

Share
Tweet
Pin

Discover More