Beda tur Sembada

  • 2 mins read

Istilah dosen “killer” pastinya sudah tidak asing terutama bagi kalangan teman-teman mahasiswa di dunia kampus. Dosen killer sendiri sering dianggap mengerikan dan ditakuti oleh para mahasiswa karena dikenal disiplin, galak, dan suka memarahi mahasiswanya yang berbuat kurang baik seperti tidak mengerjakan tugas, terlambat mengikuti kelas, hingga kuliah semaunya sendiri tanpa mengikuti aturan kampus. Tidak jarang dosen yang memiliki sifat seperti ini sangat ditakuti dan dihindari oleh sebagian mahasiswa.

Namun di sisi lain penyebutan istilah dosen killer ini juga ada keistimewaan yang mungkin bagi sebagian dosen tersebut menjadi hal positif. Misalkan saja dengan penjulukan dosen killer tersebut sang dosen dapat mudah dikenali dengan mahasiswa karena memiliki keunikan yang berbeda atas sifat yang dimilikinya dibanding dosen pada umumnya. Nilai positif lain juga tersematkan pada dosen killer yang sebenarnya dibalik sifatnya yang sebagian mahasiswa tidak suka dan dicap negatif ini juga ada sisi baiknya. Segalak-galaknya dosen, setidak sukanya teman-teman mahasiswa pada dosen karena sifatnya yang “killer” tersebut ia juga memiliki sifat lembut, baik, dan menyayangi para mahasiswanya. Kenapa tidak mereka galak, suka marah-marah dan menegur karena mereka itu peduli dan sayang. Mereka berharap atas teguran dan saran yang mereka sampaikan tersebut dapat merubah anak-anak agar dapat lebih kuat dan lebih baik lagi kedepannya.

Sebagai mahasiswa justru kita harus malu dan bangga memiliki dosen disiplin seperti itu dan malah seharusnya kita jadikan contoh untuk kita kedepan. Dosen…. iya dosen, jika kita membenci seorang dosen, kita takut pada dosen yang sejujurnya yang mereka inginkan bukan takutnya kita namun segan dan hormatilah mereka laiknya orang tua kita sendiri. Dibalik dosen yang killer lah….. yang galak lahhhh…. suka marah lahhhhh. menye-menye ini itu namun dosen bukan lah sembarang orang. Dibalik usia-nya yang sudah tidak muda lagi, ia masih teguh semangat berjuang menimba ilmu sama seperti kita. Dari situlah maka kita tidak boleh sembarangan bersikap kepada dosen kita…… dia tidak gila hormat….. dia tidak gila sapaan, namun yang ia inginkan adalah kita harus lebih baik dari dirinya….kita harus lebih berhasil dibanding dirinya, karena disitulah mereka bangga terhadap kita.

Raden Ariq Wahyu Satria / Fotkom 22

Share
Tweet
Pin

Discover More