One last day moment with her

  • 3 mins read

One last day moment with her

Aku sendiri telah lama mengenalnya, saat di kelas, ku pandang dirinya, tampang yang cantik dengan senyuman manis. Rasanya tak lelah aku memandang. Hari demi hari tak terasa kami semakin dekat, karena alasan sederhana kami bisa jadi sedekat ini. Dia begitu supel, namun tampaknya tak hanya kepada diriku.

Dia yang humoris, sering kali aku bercanda dengannya. Ia selalu tertawa dengan leluconku. Rasa kebahagiaan mengalir. Aku sadar dia sepertinya menyukaiku. Tak lama setelahnya aku memberanikan diri, ku nyatakan perasaan padanya. Hatiku berdegup kencang. Dengan malu malu ia mengiyakan. perasaan bahagia seolah mendobrak masuk kedalam hatiku.

Kami akhirnya resmi menjalin hubungan, satu hari penuh terasa sangat ringan dan cepat. Berhari-hari kami berbincang, selayaknya orang pacaran pada umumnya. Memang, diriku sendiri ku akui bukanlah orang yang ekspresif, namun mendengar tawanya rasanya diriku mulai merasakan emosi yang unik. Seolah hariku diwarnai olehnya. Mungkin inilah rasanya jatuh cinta.

Kami biasanya menghabiskan waktu berdua di kampus, sederhana tapi rasanya sangat bahagia. Dia selalu mengingatkanku ketika ada tugas, dan kadang ia turut membantu. Tugas yang menumpuk, terasa mudah karena bantuannya

Ada kalanya kami beranjak pergi, namun pilihan lokasiku sepertinya membosankan, terkadang aku merasa tidak menikmati, tetapi dia sepertinya tak masalah mau kemana ku ajak.

Beberapa bulan kemudian dia bercerita, karena ada suatu hal ia memulai magang di luar kota. Tentu sebagai pacar yang baik, aku mendukung keinginannya. Namun berat rasanya menjalani hubungan jarak jauh. Sebelum itu terjadi, aku setidaknya ingin memiliki kenangan dengannya disini.

Ku ajak ia mengelilingi kota ini, yah walaupun lokasinya sangat mainstream. Jalan malioboro dan titik nol, menurutku tempat tidak lagi menjadi persoalan. Namun, memori yang kami rasakan, begitu amat dalam.

Ku berpose berusaha mengabadikan momen bersamanya. Hasil fotonya memang tidaklah unik, bisa dibilang biasa saja. Tetapi, rasa, kebahagiaan, suasana dan suaranya yang harusnya terabadikan. Rencananya hasilnya akan kucetak sebagai kenangan sebelum ia pergi.

Setelah kepergiannya kami jadi lebih sering bertukar kabar. Kami terkadang bercanda kadang juga mendengar cerita dirinya. Bagaimana kabarnya, harinya, keluh kesahnya. Namun, rasanya sekarang kami menjadi jarang berbincang, rasanya ia seperti menjauh. Aku tak tau apa yang terjadi tapi kuharap dia baik baik saja.

Hari ini, entah kenapa aku tak bisa menghubunginya, ketika pesan ku tak kunjung dibalas, aku merasakan hal aneh yang terjadi. Seolah hari hari yang penuh warna pudar begitu saja. Aku berusaha tegar, sabar akan hal yang terjadi. Namun tampaknya ia telah menjauh dari diriku, dan aku harus merelakannya.

Perasaan ini kutuliskan disini. Kehadiranmu disisiku telah mewarnai jiwaku, Semoga di lain hari jadi pengingat warna warni kisah kita berdua.

Ahmad Syahbani

Share
Tweet
Pin

Discover More