Mengulik Karya Jenius Long Exposure

  • 4 mins read

Mengulik Karya Jenius Long Exposure

Foto: Hiroshi Sugimoto

Panning, bulbing, stop action. Jika kita bicara mengenai shutter speed, mungkin kata-kata tersebut yang langsung akan terlintas dalam benak kita. Membuka rana secara cepat akan menghasilkan foto yang diam, lalu membuka rana dengan lama akan membuat objek foto yang bergerak seakan blurry. Tetapi, apakah shutter speed hanya urusan blur dan tidaknya foto? Apa yang mungkin akan terbentuk ketika kita membuka rana selama 15 menit atau bahkan lebih?

Foto : Lucie and Simon

Silent World merupakan sebuah foto seri karya dua orang seniman fotografi asal Paris bernama Lucie dan Simon. Dalam seri ini kita disuguhkan dengan pemandangan beberapa landmark kota-kota besar, seperti Paris, New York, Beijing, dan Italia. Akan tetapi, jika kita melihat dengan saksama terdapat keanehan yang dapat kita temukan dalam karya ini. Yup, benar. Kota-kota besar yang seharusnya terdapat padatnya lalu-lalang manusia dan segala hiruk-pikuknya, kini semuanya menghilang. Seperti judulnya, keheningan seakan menyelimuti dunia. Lantas apa yang Lucie dan Simon lakukan hingga mereka dapat “melenyapkan” riuhnya dunia dalam karya mereka?

Foto : Lucie and Simon
Foto : Lucie and Simon

Secara teori, shutter speed atau kecepatan rana terbuka akan menangkap cahaya yang masuk dengan membuka-tutup rana dalam kurun waktu tertentu, seperti 1/200 detik, 1/1000 detik, dan lain sebagainya. Shutter speed yang sangat singkat membuat objek foto bergerak menjadi diam atau nge-freeze. Semakin lama kecepatan rana terbuka, semakin samar pula objek bergerak tersebut. Hingga akhirnya, jika kita membuka rana dengan teramat sangat lama, objek bergerak akan menghilang sepenuhnya dan hanya menyisakan objek diam saja. 

Shutter speed tidak hanya akan berpengaruh pada objek, namun juga banyaknya cahaya yang ditangkap. Tentu saja, semakin lama rana membuka, maka semakin banyak cahaya masuk dan semakin terang juga foto yang kita ambil. Penerapan prinsip ini dimaksimalkan oleh seorang seniman fotografi bernama Darren Almond. 

Dalam serinya yang berjudul Full Moon, Darren mengambil gambar pemandangan dari berbagai tempat di Amerika Selatan dan Hebrides Luar. Ia hanya menggunakan sumber cahaya bulan dalam pengambilan setiap frame gambar dalam karyanya ini. Kombinasi shutter speed yang sangat panjang dan bulan yang bergerak di angkasa menciptakan perasaan tenang dan aneh dalam waktu yang bersamaan. Pemandangan yang tersaji seakan familiar, namun terasa asing. Inilah perasaan yang ingin diciptakan oleh Darren ketika orang melihat karyanya.

Pernah terpikirkan untuk memotret keadaan bioskop ketika film diputar? Mungkin iya. Namun, apakah pernah kalian terpikirkan akan memotret keadaan bioskop dari awal film diputar hingga selesai dan memasukkannya dalam satu frame? Inilah Theaters, karya gila buah pemikiran fotografer bernama Hiroshi Sugimoto. Dengan caranya, ia dapat mengambil suasana keseluruhan dari bioskop tersebut dan dalam waktu yang bersamaan “menghilangkan”-nya. Panjangnya durasi film yang diputar menyisakan pemandangan bioskop yang seakan tanpa kehidupan dan sebuah persegi putih sempurna. Persegi ini terbentuk dari ribuan informasi frame dalam film yang diputar lalu dijadikan sebuah objek yang menerangi setiap sudut bioskop. 

Mungkin kita akan merasakan keanehan tersendiri ketika melihat karya Sugimoto tersebut. Mengapa demikian? Ini merupakan sebuah konsep bernama Liminal Space. Penghapusan aktivitas manusia dari yang seharusnya dipadati ini, memantik sebuah perasaan tidak nyaman. Sebuah gambar yang seharusnya berisikan berbagai macam emosi, seperti sedih, senang, bahagia, tawa, dan tangis seakan dihapus oleh sebuah persegi putih. Setiap detik seakan musnah. Dan yang tersisa hanyalah kehampaan, ketidakhadiran, dan kekosongan.

Hal yang biasa kita temui dalam genggaman kamera kita, ternyata menyimpan segudang potensi yang dapat digali. Dengan membuka rana lebih lama dari biasanya, fotografer-fotografer di pembahasan kita kali ini dapat memproduksi karya di luar nalar. Sebuah ide yang bahkan tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Seni fotografi tidak hanya sebatas teknik pengambilan gambar saja, namun juga tentang pemikiran liar “pelukis”-nya. 

Penulis : Tetuko Aji Hutomo

Editor : Defia Okarisma 

Share
Tweet
Pin

Discover More