Mbah Surojo : Legenda Topeng Yogyakarta

  • 3 mins read

Mbah Surojo : Legenda Topeng Yogyakarta

Kesenian topeng merupakan salah satu kesenian tradisional yg hingga saat ini masih terus ada dan difungsikan sebagai benda pakai maupun hiasan interior. Dibalik keindahannya, tentu terdapat seniman-seniman yang berperan penting dalam proses pembuatannya. Yogyakarta, sebagai kota yang kental dengan kebudayaannya pun turut serta dalam menjaga dan melestarikan kesenian topeng ini.

Pak Sapari adalah salah satu sosok seniman topeng generasi ketiga yang lahir dan tumbuh di dalam keluarga pengrajin topeng. Toko tersebut bernama “Mbah Surojo”, sudah sejak awal namanya digunakan hingga saat ini. Pak sapari mengatakan nama tersebut tidak akan diubah karena pembeli sudah mengenal toko topeng tersebut dengan nama “Mbah Surojo”. Dimulai dengan menggeluti topeng Jawa pada tahun 1972, berlokasi di Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Mbah Surojo inilah yang memiliki ide untuk membuat “gebrakan” baru yaitu membuat kerajinan topeng kayu di tengah mayoritas masyarakat pengrajin wayang di daerahnya saat itu.

Topeng kayu ini dikirim salah satunya dari Kabupaten Gunung Kidul. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan topeng ini menggunakan kayu puleh. Proses pembuatanya dilakukan dengan memotong kayu menjadi ukuran kecil kecil. Kemudian menatah dan merapikan kayu menjadi bentuk topeng.

Topeng Gucul, Topeng Pentul Tembem, Topeng Jathilan, Topeng Interiordan berbagai jenis topeng lainnya sudah terlukis dari tangannya. Cat minyak, tiner,  kain, kuas, sudah menjadi bagian pokok dari kegiatan Pak Sapari. Instagram, menjadi salah satu media promosi yang digunakan Pak Sapari dalam memasarkan produk topengnya.

Topeng berwarna hitam dan putih yang sedang dilukis Pak Sapari bernama topeng pentul tembem. Topeng berwarna putih disebut pentul sedangkan topeng berwarna hitam disebut tembem. Pentul tembem merupakan topeng sepasang. Berbentuk separuh wajah, mulai dari dahi hingga bibir atas.

Sejarah topeng ini dimulai ketika seorang abdi dari Tegalsari bernama Kromoleya diutus Kyai Kasan Besari untuk mencari Bagus Burhan. Dalam perjalanannya, Kromoleya mengamen untuk mendapat makanan. Saat itu, Kromoleya menggunakan topeng hitam untuk menutupi wajahnya yang dinamakan Topeng Tembem. Kemudian, Kromoleya bertemu dengan Onggoleya di Alun-Alun Madiun. Onggoleya merupakan seorang abdi dalem yang menemani perjalanan Bagus Burhan. Kala itu, Onggoleya sedang menari di Alun-Alun Madiun. Kemudian, Kromoleya bergabung dalam tarian itu bersama dengan Onggoleya secara sepasang tanpa sengaja. Onggoleya menggunakan topeng berwarna putih, yang dinamakan Topeng Pentul.

Pada tahun 2022, Mbah Surojo mendapatkan penghargaan sebagai tokoh lokal legendaris yang berjasa dalam memberikan kontribusi positif untuk Kota Yogyakarta. Penghargaan ini diberikan oleh super app terkemuka yaitu Grab sebagai bentuk apresiasi atas bertahannya toko “Mbah Surojo” sebagai salah satu pengrajin topeng yang masih eksis hingga kini.

Tidak hanya topeng. Namun, banyak kerajinan lain yang diciptakan oleh Pak Sapari seperti Loro Blonyo, miniatur rumah adat, dan berbagai kerajinan kebudayaan lainnya. Berperan sebagai salah satu masyarakat Yogyakarta yang menjaga dan melestarikan kerajinan topeng dibalik persaingan budaya luar yang terus masuk ke Indonesia, Pak Sapari berpesan “Ya Kalau ada yang suka topeng, melestarikan topeng dari generasi muda, topeng tetap bisa berkembang, tetap ada, tidak hilang. Sayang kalau diakui negara lain, Indonesia punya banyak kesenian.”

Fathimah Aliya Al Atsari

Share
Tweet
Pin

Discover More