Home Is Where the Heart Is

  • 1 min read

Home Is Where the Heart Is

Kata “laki-laki harus selalu kuat” serta “laki-laki tidak boleh menangis” sering terdengar lazim. Namun pada dasarnya, laki-laki hanyalah sebuah gender yang wujudnya tetaplah manusia. Anggapan laki-laki harus selalu terlihat baik-baik saja tak sepenuhnya benar.

Semestinya laki-laki juga diperbolehkan menangis, laki-laki juga ingin didengar, laki-laki juga ingin dimengerti, serta laki-laki juga diperhatikan. Kebanyakan orang tidak mempedulikan dengan beban yang ia pikul serta kesedihan yang dialami dan rasakan. Namun bagi laki-laki yang merasakan itu, beban dan kesedihannya bercampur merangkai menjadi suatu frustasi yang mengalir dari hulu ke hilir atas dirinya.

Titik akhirnya adalah, laki-laki itu membutuhkan rumah untuk dirinya. Tempat dimana ia mampu berkeluh kesah, menangis, bercerita, serta untuk beristirahat sejenak. Berusaha untuk menemukan rumah untuk kembali.

Karya yang pameris angkat ini memakai warna hitam sebagai lambang atas duka. Kata I’m Okay berwarna merah menunjukkan laki-laki sebagai manusia yang seharusnya baik-baik saja.

M Rifqi Rafly

Share
Tweet
Pin

Discover More