Belakangan, masalah para pencari suaka yang berada di Jakarta sedang menjadi sorotan. Sempat tinggal di trotoar, kini mereka sudah ditampung di eks Gedung Kodim, Kalideres, Jakarta Barat, sambil menunggu penanganan selanjutnya dari UNHCR, badan PBB yang khusus menangani masalah imigran. Keberadaan para pencari suaka kerap menimbulkan dilema. Pada mulanya mereka harus mengungsi karena tempat tinggalnya dirasa sudah tidak aman. Umumnya mereka mengungsi karena tempat tinggal mereka tengah dilanda konflik, perang, mengalami diskriminasi, hingga bencana alam seperti kekeringan. Demi keselamatan hidup, mereka pun memilih mengungsi, bahkan ada yang nekat mencari suaka di negara lain.
“Meski di sini kami terlantar, setidaknya kami aman di Jakarta,” kata Hafiz, salah seorang pencari suaka asal Pakistan yang menempati tempat penampungan sementara di gedung eks Kodim di Kalideres, Jakarta Barat. Hafiz tidak sendiri. Dia bersama sekitar 500 orang pencari suaka lainnya asal Pakistan, Sudan, Afganistan, Irak, dan Suriah, memiliki alasan yang relatif sama dalam meninggalkan negara mereka dan kini berada di Indonesia. Alasan untuk mencari tempat tinggal yang aman dari konflik dan perang.
Untuk makan saja, Hafiz yang telah lebih dari lima tahun menanti suaka di Indonesia dan bersama para pencari suaka lainnya kini hanya bisa mengharapkan bantuan baik dari UNHCR, pemerintah di Indonesia, maupun masyarakat sekitar. Kondisi tersebut karena mereka tidak diizinkan bekerja di Indonesia. Sebelum berada di tempat penampungan sementara di Kalideres, mereka melalui perjalanan yang sangat panjang dan lama melalui beberapa negara.
Sebagian dari mereka bahkan menggelandang di trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, atau di depan Kantor UNHCR, untuk menanti kepastian suaka yang dijanjikan. Setiap hari warga dan pejalan kaki yang melintas menjadi penopang hidup pencari suaka. Sesekali pula organisasi kemanusiaan turun membantu para pencari suaka mengulurkan bantuan untuk mereka.
Dikembalikan ke negara asal adalah mimpi buruk bagi para pencari suaka. Mereka berharap itu tidak akan terjadi. “Semoga mimpi kami mendapatkan negara pemberi suaka yang aman dapat terealisasi,” harap Hafiz.
Ismail Pohan