Ketika Globalisasi telah berkembang pesat, disaat modernisasi telah menggerus citra budaya lokal, ditengah menjamurnya berbagai gerai waralaba diberbagai sudut kota, Mbah Wahidi ( 80 ) tahun ), penjual burger asal Bantul, masih bertahan hingga kini. Mbah Wahidi mungkin menjadi satu – satunya penjual burger keliling yang masih tersisa di Jogja hingga kini. Dengan tangan tua nya, beliau mulai mengayuh gerobak sepedanya menggunakan kaki yang renta dimulai ketika matahari menampakkan diri hingga langit berubah jingga. Usia senja bukanlah hambatan bagi Beliau demi mencari pundi-pundi rupiah.
Rona ceria dapat terelakkan dari wajah beliau ketika bertegur sapa hingga tangannya menjadi tergerak hingga lelah melanda. Usia senja mungkin menjadi penyebab gerakannya melambat, tetapi tangan beliau masih cekatan ketika memotong roti, selada, tomat, potongan daging dan bahan lainnya yang beliau ambil dari kotak penyimpanan disisi kiri gerobak tuanya. Untuk satu porsi burger, Mbah Wahidi menjualnya dengan harga berkisar antara Rp9-12 ribu rupiah, tergantung isi burger yang dipesan pelanggan.
Beliau sadar dalam berjualan, pasang surut penjualan tak dapat terhindarkan. Meskipun demikian, Mbah Wahidi tak putus asa. la tetap yakin bahwa rezeki telah diatur Tuhan dan berapa pun sulit dagangannya laku, ia masih sanggup bertahan menghidupi diri dan keluarga dalam berkah kesehatan hingga sekarang. Semangat yang dimiliki Mbah Wahidi dalam berjualan dan menghidupi keluarganya merupakan contoh keberanian yang dapat melahirkan kebahagiaan. Selain itu, percakapan dengan pelanggan juga membuatnya tersenyum bahagia. Ia adalah sosok yang senang untuk berbagi ceritanya dengan pelanggan. Karenanya, bukan hanya dia yang tersenyum, tetapi juga para pelanggan yang tergelak akan lelucon yang ia lontarkan.
Riski Tri Atmojo