Kebudayaan di Indonesia tentunya beragam dari Sabang sampai Merauke. Namun tidak banyak orang yang masih mau untuk melestarikan kebudayaan peninggalan nenek moyang dikarenakan globalisasi dan modernisasi yang semakin marak. Namun di tengah maraknya modernisasi, masih ada desa di Yogyakarta yang memiliki anak-anak yang bangga akan kebudayaan peninggalan nenek moyang mereka. Mereka masih memiliki keinginan untuk melestarikan budaya Kuda Lumping, atau yang biasa orang jawa sebut dengan Jathilan. Anak-anak ini memang tidak menolak ataupun menghiraukan modernisasi, akan tetapi mereka masih memiliki jiwa kebudayaan yang sangat kental. Awalnya hanya sebagian anak-anak dari desa ini yang sering memutar dvd rekaman Kuda Lumping masa lampau, hingga pada suatu saat anak-anak tersebut mengajak teman-temannya untuk menonton bersama dan bermain Kuda Lumping bersama.
Hampir setiap dua hari sekali mereka memperagakan tarian Kuda Lumping di sore hari dengan iringan Gamelan Kuda Lumping melalui mesin tape, dan hanya dengan peralatan seadanya. Pada awalnya mereka hanya menggunakan sapu untuk menjadikan pengganti Kuda Lumping anyaman, namun pada akhirnya mereka memiliki ide kreatif untuk membuat Kuda Lumping dari sebuah kardus. Tak hanya Kuda Lumping yang mereka buat dari kardus, mereka juga menggunakan sisa alat permainan Kuda Lumping yang pernah ada di desa mereka, seperti topeng Bujang Ganong, dan juga Celeng. Mereka memiliki kebahagiaan tersendiri saat bermain Kuda Lumping, yaitu melestarikan budaya, adu kreativitas sesama teman, dan juga berharap salah satu dari mereka menjadi yang terbaik dalam menghayati permainan tersebut.
Vandi Ardian