Melihat Katolik dengan Rupa Jawa

  • 3 mins read

Melihat Katolik dengan Rupa Jawa

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus atau kerap disebut dengan Gereja Ganjuran berdiri di Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta. Selain merupakan gereja tertua di Bantul, gereja yang merupakan wujud inkulturasi dari budaya Jawa dan Katolik ini dibangun pada tahun 1924 oleh Keluarga Schmutzer yang merupakan pengusaha asal Belanda yang memiliki pabrik gula di daerah Ganjuran. Gereja ini awalnya merupakan gereja Eropa, karena awalnya difungsikan untuk para karyawan pabrik gula tersebut beribadah.

Hingga pada tahun 1927, Keluarga Schmutzer meminta izin kepada Tahta Suci Vatikan untuk memperbarui gereja dengan menambahkan unsur budaya Jawa di Gereja Ganjuran sebagai wujud persembahan akan suburnya Pulau Jawa dan menyesuaikan perkembangan jumlah umat Katolik pribumi di Bantul. Setelah diberikan izin, Keluarga Schumtzer mulai mencampurkan budaya Jawa dalam ornamen-ornamen gereja, seperti dibangunnya Candi Tyas Dalem, altar, dan Patung Yesus Kristus dan Bunda Maria yang berbentuk seperti arca Hindu- Jawa, namun bangunan gereja tersebut masih bergaya arsitektur kolonial. Pada tahun 2006, bangunan asli gereja tersebut rusak karena gempa yang mengguncang Yogyakarta. Sehingga, kemudian dilakukan pembangunan gereja kembali dengan gaya bangunan yang terinspirasi dari Keraton Yogyakarta. Hingga pada tahun 2009, bangunan gereja diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Candi Tyas Dalem yang berada di sisi samping gereja menjadi daya tarik peziarah karena identitasnya yang unik sebagai ‘Candi Umat Katolik’. Pada bagian dalam candi, terdapat patung Yesus Kristus dengan pakaian adat Jawa dan berbentuk seperti arca yang biasa ditemukan di Candi Hindu-Jawa. Di atas patung tersebut juga terdapat tulisan aksara Jawa yang bertulisan ‘Sampeyan Dalem Maha Prabu Yesus Kristus, Pangeraning Para Bangsa’, gelar ‘Maha Prabu’ yang tertulis di aksara tersebut merupakan gelar yang diberikan kepada raja yang mulia dalam budaya Jawa. Selain identitasnya yang unik, suasananya yang tenang dan sejuk juga menjadi daya Tarik bagi peziarah untuk berdoa secara intim kepada Tuhan. Bagian belakang candi juga terdapat tempat untuk menaruh lilin dan dupa bagi peziarah sebagai wujud persembahan setelah melakukan doa.

Inkulturasi budaya Jawa juga diwujudkan dengan adanya sendang atau mata air yang disucikan oleh gereja. Air suci tersebut dipercaya dapat menjadi media untuk mukjizat penyembuhan penyakit. Oleh karena itu, peziarah yang datang biasanya meminum, membasuh badan, dan membawa pulang air suci tersebut dengan jumlah yang banyak.

Hingga saat ini, Gereja Ganjuran masih menjadi tujuan ziarah dan ibadah yang masih ramai dikunjungi. Hal ini kemudian berdampak positif terhadap perekonomian warga sekitar gereja, karena dapat membuka peluang bisnis untuk berjualan makanan, oleh-oleh, dan alat ibadah. Gereja Ganjuran juga masih dilestarikan sebagai cagar budaya dan wujud nyata perkembangan umat Katolik Jawa yang terus berkembang dan selalu ada.

Alexander Bramantyo

Share
Tweet
Pin

Discover More