Masifnya penggunaan plastik saat ini telah menimbulkan masalah besar bagi kita. Sebagai komponen kimia yang sulit terurai, sampah dari plastik terus menggunung dari hari ke hari. Hal ini jelas bukan tanpa alasan. Masalah ini muncul sebagai efek samping dari kesuksesan sebuah bahan yang praktis, awet, dan memiliki biaya produksi murah.
Namun, dibanding memperpanjang masa guna plastik, kita cenderung menggunakannya sebagai bahan sekali pakai yang justru membuat limbahnya semakin menumpuk. Padahal, butuh waktu 50-100 tahun bagi plastik untuk dapat terurai. Hal ini jelas membuat tumpukan plastik tidak hanya menjadi masalah bagi generasi sekarang, namun juga meninggalkan masalah untuk generasi selanjutnya.
Masalahnya, sampah plastik tak hanya menjadi masalah bagi manusia sendiri, namun juga bagi bumi secara keselurahan. Di daratan, sampah plastik telah mencemari tanah dan berpotensi merusak pertumbuhan tanaman. Di laut, tumpukan plastik telah mengganggu kehidupan ekosistem laut. Di udara, pembakaran sampah plastik turut mencemari udara. Bahkan, keseharian manusia yang selalu terpapar oleh bahan plastik berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan.
Namun, di balik semua permasalahan itu rasanya terlalu naif bila kita menempatkan plastik sebagai “tersangka” tunggal dalam permasalahan besar ini. Karena, sesungguhnya manusialah yang menciptakan plastik itu sendiri. Kita tau apa yang kita hadapi, kita mengerti tentang proses daur ulang, kita mengerti esensi memperpanjang masa guna. Tapi, kesadaran kita tidak pernah benar – benar mengerti sejauh mana bumi akan bertahan dalam tumpukan sampah plastik ini nantinya.
Rayhan Naufal Asyrafi