Kembali ke Alam, Kembali ke Diri Sendiri: Kisah Sanggar Anak Alam

Di tengah keramain kota, sebuah tempat asik bagi anak-anak untuk menumbuhkan jiwakreatif dan rasa
ingin tahu: Sanggar Anak Alam (SALAM). Bertempat di Bekelan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, SALAM
hadir sebagai sanggar yang merancang kurikulum dengan metode riset, mendekatkan kembali sekolah ke
dalam kehidupan, dan memerdekakan siswanya.

Berbeda dengan sekolah tradisional, di SALAM, setiap kelas dipandu oleh tiga fasilitator yang bertugas
mendukung penelitian siswa. Fasilitator tidak memiliki hak untuk mengatur jalannya kelas, karena
pembelajaran di SALAM berlandaskan kesepakatan dan minat siswa itu sendiri. Gadget diharamkan
selama proses riset, mendorong anak-anak untuk menjelajahi dunia secara langsung dan mencari
pengetahuan dari sumber aslinya. Buku dan narasumber hanya dijadikan referensi awal, dan internet
baru boleh digunakan ketika siswa benar-benar menemui kesulitan.

Keceriaan dan semangat tak ternilai terpancar dari wajah para murid SALAM. Ada yang asyik bermain di
lingkungan sekitar, menimba ilmu di sanggar, ataupun bercengkrama bersama teman-teman. Setiap
momen di SALAM menceritakan sebuah kisah, mengantarkan kita untuk menyelami imajinasi dan dunia
penuh warna di baliknya. Di akhir semester, hasil riset mereka dipresentasikan dalam berbagai metode
kreatif, seperti pameran dan pertunjukan. Melalui proses ini, SALAM membebaskan anak-anak untuk
belajar apa yang mereka sukai dan menemukan pengetahuannya sendiri.

Lebih dari sekadar sanggar, SALAM bagaikan rumah kedua bagi anak-anak. Di sini, mereka
didorong untuk mengeksplorasi diri, menemukan minat dan bakat, serta belajar dengan penuh sukacita.

SALAM bukan hanya tentang kembali ke alam, tetapi juga tentang kembali ke jati diri, membebaskan diri
dari belenggu sistem pendidikan tradisional, dan menemukan kebebasan untuk belajar dan berkarya
tanpa batas.

Eliyana Dinda

Share
Tweet
Pin

Discover More