Dalam dekap hutan yang sunyi, ia berdiri, membawa luka yang membekas dalam. Kehilangan telah mengguncang dunianya, menjadikannya terdampar di ruang yang asing, di mana setiap bayang pohon seakan mencerminkan hatinya yang rapuh. Matanya menatap kosong ke arah yang tak pasti, seperti seorang pengelana tanpa peta, tersesat di belantara perasaan.

Di tangannya, lilin kecil menyala—rapuh, namun tegar melawan gelap perasaannya. Nyala itu bukan sekadar penerangan, melainkan simbol harapan yang tersisa, secercah keberanian untuk melangkah meski diliputi kabut duka. Dalam perjalanan batinnya, nyala lilin itu menjadi saksi perubahan. Ia tidak lagi terkurung dalam kegelapan; perlahan, ia menemukan jalan keluar, menapak menuju arah baru. Di titik ini, ia menyadari, meski kehilangan telah memahat luka, ia juga telah memberinya kesempatan untuk bangkit dan berjalan lagi.

Mutya Happy Saputri

Share
Tweet
Pin

Discover More