Baju batik yang menjadi ciri khasnya dan gerobak kupat tahu yang setia menemaninya sejak
tahun 1997, tampak kokoh bergolek-golek diatas aspal. Wajah yang mulai berkeriput dan
matanya yang menyimpan sederet pengalaman hidup siap menyambut pelanggan. Terik
matahari tak menghalangi tekad Pak Yanto dalam kesehariannya sebagai penjual kupat
tahu.
Warung Kupat Tahu Pak Yanto telah menjadi satu-satunya penjual kupat tahu legend di
daerah Selang, Wonosari, Gunungkidul. Cita rasa kuah kupat tahu yang tak pernah berubah
berpadu dengan tekstur ketupat yang padat tetapi tetap lembut. Terlihat jelas perjuangan
Pak Yanto dalam mempertahankan resep serta kejayaan kuliner kupat tahu di era gempura
kuliner western. “bahagia nduk kalau liat pelanggan itu menikmati kupat tahu saya,
sekarang ini pelanggan memang semakin berkurang dibandingkan tahun simbahmu.” ujar
mbah Yanto.
Memori masa lalu tersirat yang dirasakan pelanggan di setiap suapan kupat tahu Pak
Yanto. Perasaan rindu akan kehidupan bebas tanpa ekspektasi orang lain menjadikan kupat
tahu ini hidup bertahun tahun. Proses pembuatan yang terlihat tradisional meninggalkan
kesan keindahan kehidupan sederhana dan nostalgia masa lalu. Disetiap rajutan kupat
mengingatkanku akan dekapan hangat keluarga, mereka yang selalu menjadi tempat untuk
aku kembali/ mereka yang selalu siap menjadi garda terdepan disaat aku terluka.







Putri Rida Utami